“Salah satu hal yang membuat hati kita merasakan sebuah
perdamaian adalah ketika kita ikhlas dalam menerima perbedaan didunia.”
Dalam dunia ini semua orang menginginkan perdamaian.
Walaupun tak bisa terelakkan bahwa banyak sekali konflik yang terjadi dalam
hidup kita meski kita tidak mau itu terjadi. Saya memiliki salah satu teman
yang menginspirasi saya. Sebut saja namanya Novita. Dia lahir dan besar di
Papua, menetap di Salatiga untuk melanjutkan pendidikan sejak SMA. Saya
bersekolah yang mayoritas murid berasal dari luar Salatiga bahkan luar pulau.
Jadi Novita bukan satu-satunya murid yang berasal dari luar Jawa. Dia adalah
orang asli Papua pertama yang paling ceria yang pernah saya temui. Dia selalu
tertawa, berbagi, dan menerima pendapat orang lain. Dalam beberapa waktu dia
bisa membaur dengan saya dan teman-teman. Dia selalu membuat kami tertawa dan
mengerti tentang kesederhanaan.
Suatu ketika Novita bertanya pada saya tentang arti satu
kata dalam bahasa jawa. Dan 1 kata itu memang memiliki arti yang kasar. Lalu
saya bertanya “Darimana kamu dengar kata itu?”. Dia menjawab dengan logat papua
yang sangat kental, “Saat saya membeli minum, ada segerombolan laki-laki dikantin berkata
seperti itu pada saya.”. Lalu saya menjelaskan arti kata itu kepadanya dan dia
terkejut. Saya mengelus pundaknya dan menyuruhnya tidak mendengarkan perkataan
mereka. Dia tersenyum dan berkata, “Tidak
apa apa, sepertinya saya harus lebih keras berusaha beradaptasi disini. Kalau
saya salah berbicara tolong ditegur. Supaya saya tau apa salah saya.” Dari raut
wajahnya saya mengerti dia sangat kecewa.
Suatu ketika saat saya melihat orang yang mengatai Novita
dengan kata-kata yang tidak dia mengerti, saya membentak orang itu. Tapi Novita
dengan tenang menyuruh saya untuk lebih baik diam dan membiarkan mereka selalu
mengejek dia. Saat saya tanya,”Kenapa saya harus diam? Mereka semua tidak akan
berhenti mencaci maki jika kamu hanya bisa diam”. Novita tersenyum pasrah. Ia
berkata pada segerombolan laki-laki itu, “Saya berasal dari luar Jawa, saya dari Papua. Tapi tujuan saya datang ke
Salatiga untuk belajar. Maafkan saya jika saya membuat kalian tidak nyaman”.
Tindakan Novita membuat saya terkejut. Segrombolan laki-laki itu terdiam dan
meninggalkan Novita.
Saya terkejut karna dia tidak membela dirinya. Ia lebih
memilih minta maaf karna dia merasa dia yang bersalah. Dia memandang saya dan
berkata, “Kamu harus belajar ikhlas. Jangan membalas makian dengan makian. Itu
akan lebih mempersulit. Saya sakit hati tapi saya masih mau berdamai. Karena
damai itu membuat hidup saya lebih tenang”. Pikiran saya terbuka tentang arti
damai. Dan dari dia saya belajar kata iklhas dalam menjalani hidup.
Novita memang berbeda. Asal usul yang berbeda, latar
belakang yang berbeda, ras yang berbeda, kebudayaan yang berbeda. Tapi dia
berasal dari negara yang sama. Dia mau menghargai pendapat orang lain. Dia
menerima berbagai macam kritikkan dan tanggapan dari orang-orang yang
memperhatikannya. Dia selalu ramah kepada semua orang. Tidak peduli apa kata
buruk yang orang lain lontarkan kepadanya. Ia hanya menganggap semua itu sebuah
kritikkan dan masukan yang membuat dia bisa lebih beradaptasi di lingkungan
barunya.
Jangan pernah meremehkan identitas orang lain. Semua
orang itu sama, mempunyai kekurangan dan kelebihan. Jadikan kekurangan itu
sebagai sebuah perbedaan yang berarti. Perbedaan yang bisa membuat kita
mengerti satu sama lain tentang indahnya Indonesia. Negara yang memiliki banyak
suku dan agama. Keberagaman yang membuat
keindahan tersendiri bagi nama Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar