“Perbedaan agama tidak menjadikan satu celah untuk
mengerti
berbagai cara mendapatkan perdamaian”
Kita hidup di dalam
negara yang penuh keberagaman, baik dari suku, budaya dan agama. Untuk hidup
bersama dalam suatu area Indonesia, tentu dibutuhkan sikap toleransi terhadap
perbedaan tersebut. Ada 6 agama yang kita tahu di Indonesia antara lain: Kristen, Katholik,
Islam, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu. Semua agama tersebut memiliki tujuan yang
sama yaitu mencari perdamaian. Tidak ada agama yang memiliki tujuan buruk,
semua memiliki tujuan yang membuat kita tidak celaka dalam menjalani hidup.
Saya memiliki sebuah cerita yang membuat saya
mengerti indahnya keberagaman yang menyatu. Saya melanjutkan pendidikan S1
Public Relation di UKSW. UKSW terkenal dengan keberagaman budaya, suku, dan
agama. Sehingga UKSW disebut sebagai Indonesia Mini. Disini saya mendapatkan
banyak teman yang berasal dari latar belakang dan agama yang berbeda. Saya akan
menceritakan dua teman saya yang memiliki keyakinan berbeda. Saya beragama
Katolik, Meilinda beragama Buddha, dan Novi beragama Islam.
Suatu ketika Meilinda mengajak saya dan Novi untuk
mengikuti perlombaan Idefest 2015.
Idefest adalah suatu kompetisi yang di selenggarakan oleh komunitas Buddha
Indonesia. Saya mengiyakannya karena saya juga ingin mencari pengalaman baru dari
orang lain. Kegiatan itu diselenggarakan di akhir tahun 2015 dan awal tahun
2016. Dari 11 anggota yang ikut, saya dan Novi lah yang bukan beragama Buddha.
Kami boleh mengikuti acara ini karena syarat dalam suatu kelompok peserta, 70%
beragama Buddha dan 30% beragama non-Buddha. Setiap minggu kami berlatih selama
2 kali. Setiap jam 3 sore kami berlatih tanpa pelatih. Kemudian pukul 7 malam
kami berlatih dengan pelatih dance.
Pukul 6 sore adalah waktunya umat Buddha beribadah.
Sanggar yang kami tempati untuk berlatih dance adalah tempat sekaligus mereka
beribadah. Saya bertanya pada mereka apa nama ibadah yang mereka lakukan setiap
jam 6 petang, dan mereka menjawab Gongyo. Saya dan Novi selalu melihat mereka
beribadah setelah latihan. Awal saya melihat mereka beribadah saya merasa asing
karena memang pertama kali melihat proses ibadah umat Buddha. Tapi ini hal yang
indah yang pernah ada di hidup saya. Menyadari berbagai macam agama dan
bagaimana proses ibadah di agama tersebut.
Waktu adzan maghrib tiba. Novi yang beragama Islam
mengajak saya untuk menemaninya shalat di masjid dekat sanggar kami berlatih.
Saya dengan senang hati menemaninya walaupun saya hanya menunggu didepan
masjid. Ketika saya menemani Novi beribadah, saya melihat Novi dari luar. Saya
mulai menyadari bahwa keyakinan untuk memperoleh kedamaian dapat dilalui
berbagai cara, yaitu cara ibadah yang berbeda-beda.
Suatu ketika Kak Ninit, pelatih dance kami tidak
bisa datang latihan karena ada keperluan mendadak. Setelah Meilinda dan
teman-temannya beribadah Gongyo kami bertiga beristirahat sejenak dan bercerita
satu sama lain. Saya bertanya pada Meilinda,”Itu buku apa?”. Meilinda menjawab
bahwa yang dipegangnya adalah Buku Kyobon (buku sembahyang agama Buddha sekte
niciren syosyu). Dia memberitahku juga alat sembahyang yang digunakannya adalah
Jutsu. “Kalau di Katolik, alat untuk doa kayak gini apa namanya, Sil?”, dia
bertanya pada saya dengan menunjukan Jutsu di tangannya. Ditangannya ada Jutsu
yang bentuknya menyerupai tasbih dan rosario. “Rosario, Mey. Bukunya, Alkitab
Deuterokanonika”. Novi berkata, “Oh jadi kayak Tasbih sama Al-Quran gitu ya kalo
di agama ku ?”. Saya dan Mey mengangguk. Saya berkata kepada mereka berdua,”Kita
memiliki keyakinan yang berbeda, tetapi tujuan kita sama.”. Novi membalas,
“Memperoleh kedamaian”
Kami mempunyai toleransi yang kuat. Saat saya
tidak bisa datang latihan untuk ibadah di gereja, mereka memahaminya. Saat
adzan maghrib tiba, mereka juga mengingatkan Novi untuk shalat. Saya dan Novi
juga menghormati mereka umat Buddha yang sedang beribadah. Kita harus menyadari perbedaan yang ada di sekeliling kita. Sangat indah jika kita menyatukan perbedaan dan memahami satu sama lain di sekitar kita. Tuhan Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar