Jumat, 04 Desember 2015

Indahnya Memahami Perbedaan Agama



“Perbedaan agama tidak menjadikan satu celah untuk mengerti
berbagai cara mendapatkan perdamaian”





                  
                Kita hidup di dalam negara yang penuh keberagaman, baik dari suku, budaya dan agama. Untuk hidup bersama dalam suatu area Indonesia, tentu dibutuhkan sikap toleransi terhadap perbedaan tersebut. Ada 6 agama yang kita tahu di Indonesia antara lain: Kristen, Katholik, Islam, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu. Semua agama tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu mencari perdamaian. Tidak ada agama yang memiliki tujuan buruk, semua memiliki tujuan yang membuat kita tidak celaka dalam menjalani hidup.
Saya memiliki sebuah cerita yang membuat saya mengerti indahnya keberagaman yang menyatu. Saya melanjutkan pendidikan S1 Public Relation di UKSW. UKSW terkenal dengan keberagaman budaya, suku, dan agama. Sehingga UKSW disebut sebagai Indonesia Mini. Disini saya mendapatkan banyak teman yang berasal dari latar belakang dan agama yang berbeda. Saya akan menceritakan dua teman saya yang memiliki keyakinan berbeda. Saya beragama Katolik, Meilinda beragama Buddha, dan Novi beragama Islam.
Suatu ketika Meilinda mengajak saya dan Novi untuk mengikuti perlombaan Idefest 2015.  Idefest adalah suatu kompetisi yang di selenggarakan oleh komunitas Buddha Indonesia. Saya mengiyakannya karena saya juga ingin mencari pengalaman baru dari orang lain. Kegiatan itu diselenggarakan di akhir tahun 2015 dan awal tahun 2016. Dari 11 anggota yang ikut, saya dan Novi lah yang bukan beragama Buddha. Kami boleh mengikuti acara ini karena syarat dalam suatu kelompok peserta, 70% beragama Buddha dan 30% beragama non-Buddha. Setiap minggu kami berlatih selama 2 kali. Setiap jam 3 sore kami berlatih tanpa pelatih. Kemudian pukul 7 malam kami berlatih dengan pelatih dance.
Pukul 6 sore adalah waktunya umat Buddha beribadah. Sanggar yang kami tempati untuk berlatih dance adalah tempat sekaligus mereka beribadah. Saya bertanya pada mereka apa nama ibadah yang mereka lakukan setiap jam 6 petang, dan mereka menjawab Gongyo. Saya dan Novi selalu melihat mereka beribadah setelah latihan. Awal saya melihat mereka beribadah saya merasa asing karena memang pertama kali melihat proses ibadah umat Buddha. Tapi ini hal yang indah yang pernah ada di hidup saya. Menyadari berbagai macam agama dan bagaimana proses ibadah di agama tersebut.
Waktu adzan maghrib tiba. Novi yang beragama Islam mengajak saya untuk menemaninya shalat di masjid dekat sanggar kami berlatih. Saya dengan senang hati menemaninya walaupun saya hanya menunggu didepan masjid. Ketika saya menemani Novi beribadah, saya melihat Novi dari luar. Saya mulai menyadari bahwa keyakinan untuk memperoleh kedamaian dapat dilalui berbagai cara, yaitu cara ibadah yang berbeda-beda.
Suatu ketika Kak Ninit, pelatih dance kami tidak bisa datang latihan karena ada keperluan mendadak. Setelah Meilinda dan teman-temannya beribadah Gongyo kami bertiga beristirahat sejenak dan bercerita satu sama lain. Saya bertanya pada Meilinda,”Itu buku apa?”. Meilinda menjawab bahwa yang dipegangnya adalah Buku Kyobon (buku sembahyang agama Buddha sekte niciren syosyu). Dia memberitahku juga alat sembahyang yang digunakannya adalah Jutsu. “Kalau di Katolik, alat untuk doa kayak gini apa namanya, Sil?”, dia bertanya pada saya dengan menunjukan Jutsu di tangannya. Ditangannya ada Jutsu yang bentuknya menyerupai tasbih dan rosario. “Rosario, Mey. Bukunya, Alkitab Deuterokanonika”. Novi berkata, “Oh jadi kayak Tasbih sama Al-Quran gitu ya kalo di agama ku ?”. Saya dan Mey mengangguk. Saya berkata kepada mereka berdua,”Kita memiliki keyakinan yang berbeda, tetapi tujuan kita sama.”. Novi membalas, “Memperoleh kedamaian”
Kami mempunyai toleransi yang kuat. Saat saya tidak bisa datang latihan untuk ibadah di gereja, mereka memahaminya. Saat adzan maghrib tiba, mereka juga mengingatkan Novi untuk shalat. Saya dan Novi juga menghormati mereka umat Buddha yang sedang beribadah. Kita harus menyadari perbedaan yang ada di sekeliling kita. Sangat indah jika kita menyatukan perbedaan dan memahami satu sama lain di sekitar kita. Tuhan Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar