“Kesederhanaan adalah suatu hal tentang kesadaran
diri akan indahnya sikap rasa rendah
hati, toleransi dan saling berbagi untuk menciptakan kedamaian.”
Apakah anda pernah
mengalami bagaimana rasanya berada di lingkungan yang membuat kita mengerti apa
itu arti kesederhanaan? Lingkungan yang membuat hati kita terbuka akan keadaan
yang tidak terpikirkan sebelumnya. Keadaan yang biasanya hanya dipandang
sebelah mata oleh sebagian besar orang. Saya merasa sangat bersyukur mengalami
pelajaran hidup seperti ini. Saya merasa diberikan amanat untuk lebih mengerti
bagaimana kehidupan yang lebih sulit diluar zona saya.
Awalnya saya hanya
ingin mencoba bekerja. Tidak bertujuan untuk mencari uang ataupun mencari
pengalaman. Hidup tanpa adanya aktivitas setelah lulus SMA membuat saya jenuh.
Jadwal masuk perguruan tinggi masih 3 bulan lagi. Lalu apa yang akan saya
lakukan 3 bulan kedepan ? Saya tidak mau menghabiskan waktu dirumah selama itu
dengan tidak melakukan sebuah aktivitas. Saya rasa itu akan sangat membosankan.
Kemudian saya menerima ajakan teman saya,
Inge untuk bekerja di Toko Perhiasan Perak milik teman orangtuanya. Saya
berpikir bahwa itu pekerjaan yang mudah. Hanya melayani orang memilih barang
yang pas kemudian dibayar dan selesai. Pekerjaan yang saya kira bisa dilakukan
tanpa harus berpikir dan tanpa membawa tanggung jawab yang besar.
Hari pertama saya
sudah merasa tidak betah. Baik dengan suasana, cara bekerja, dan keadaan. Saya
bekerja dari pukul 07.30-17.00. Dengan upah 15.000 per hari dan uang bulanan
300.000. Sekali lagi, saya bekerja bukan untuk mencari uang, jadi saya tidak
bermasalah dengan bayaran yang dibilang tidak banyak. Yang membuat saya tidak
betah berada di lingkungan tersebut adalah saya harus melayani pelanggan sesuai
dengan keinginan mereka. Anda harus tahu, pelanggan beraneka macam jenisnya. Ada
yang menghargai, tidak peduli, bahkan mencaci maki. Awalnya saya berpikir untuk
keluar setelah sehari bekerja. Tetapi saya mengurungkan niat karna saya mau
mencoba pekerjaan ini hingga akhir yang saya anggap sebagai sebuah tantangan. Jujur
saja, saya orang yang bekerja semaunya sendiri, tidak menyukai perintah yang
keras. Saya ingin merubah sikap negatif itu. Saya berpikir jika ini berhasil
saya bisa memperbaiki keegoisan saya.
Kemudian setelah
beberapa waktu saya bekerja di tempat itu, saya menemukan titik kenyamanan yang
saya cari. Saya bisa beradaptasi dengan teman-teman karyawan lainnya. Saya
sudah bisa menanggapi dengan baik keluhan pelanggan, saya bisa berkomunikasi
baik dengan atasan saya. Teman-teman yang awalnya terlihat tidak menyukai saya
dan Inge. Lambat laun mereka mau terbuka dan menerima kami. Entah apa yang
mereka pikirkan saat pertama kali saya masuk sebagai karyawan disana. Mungkin
karena saya dan Inge nasrani, melainkan mereka beragama muslim. Atau mungkin
karena tanggapan mereka bahwa saya dan Inge orang yang bisa dibilang
berkecukupan sehingga mereka membuat adanya batasan antara kami dan mereka. Tapi
saya tidak mau diam saja, karena itu tidak akan mengubah apapun. Saya berusaha
keras untuk beradaptasi pada mereka dan alhasil mereka menerima saya.
Mereka sudah mau
berbicara pada saya tentang hal pribadi mereka. Mereka menceritakan latar
belakang, tujuan, dan keadaan selama mereka bekerja di tempat ini. Banyak
konflik yang terjadi pada mereka, baik dalam pekerjaan ini maupun masalah
keluarga mereka. Mulai dari Dewi, yang terlalu sering kena marah Ko Surya
(atasan kami) karena kecerobohannya. Dia sering mendapatkan ancaman di pecat
karena sering datang terlambat. Di caci maki pelanggan karena perhitungan
pembayaran yang salah. Nilai positif yang dia punya adalah dia tidak pernah
sakit hati dengan perkataan orang lain. Dia sangat sederhana dari cara dia
berbicara dan tingkah lakunya. Dia selalu tertawa walaupun kami tidak mengerti
apa yang membuat dia tertawa. Dia aneh, tapi kami menyayangi dan memahaminya. Dia
pernah berkata pada saya,”Kalo aku nikah nanti, kamu harus dateng Pi, jangan
sombong ya Pi kalo udah jadi orang sukses.”
Ada Mbak Ina, yang
sudah 6 tahun bekerja di toko. Dia yang sabar mengajarkan saya bagaimana cara
bekerja dengan baik di tempat itu. Mulai dari menata perhiasan yang benar,
perhitungan pembelian yang teliti, cara melayani pelanggan dengan baik, dan
menyemangati saya saat saya sedang down. Itu semua memang sulit bagi saya dan
perlu banyak belajar. Tidak seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Saya sudah menganggap
Mbak Ina seperti kakak saya. Dia sering berkata pada saya,”Besok kamu pasti
jadi orang sukses, pasti ! Beda dengan kami disini yang paling mentok hanya
bisa jadi pelayan toko. Jangan lupain Mba Ina hlo ya. Sering-sering mampir ke
toko. Mbak Ina pasti kangen Silvy.”
Ada mbak Yanti dan
mbak Tia, mereka orang yang awalnya paling susah menerima saya dengan Inge. Alhasil
setelah beberapa waktu kami sudah bisa saling menerima satu sama lain. Kami
membicarakan banyak hal, mulai dari perbedaan agama kami. Apa itu nasrani ? Apa
itu Katolik dan Apa itu Kristen ? Apa itu muslim ? dan sebagainya. Banyak hal
yang membuat kami bertukar pikiran dan saling menerima.
Ada mbak Via yang selalu
ngoceh tentang fashion. Dia ingin beli tas, beli baju, dan sebagainya. Dia
sering bertanya pada saya apa model yang pas untuknya. Dia juga sering mengajak
saya belanja selesai bekerja. Mbak Via ingin belajar banyak hal dari dan
tentang saya, padahal saya merasa saya bukan contoh yang baik untuk orang lain.
Tetapi mbak Via selalu berkata bahwa saya adalah inspirasi untuk dia.
Ada mbak Hanik yang
pernah berkata pada saya,”Kamu nggak masuk sehari aja toko sepi. Nggak ada yang
bikin ketawa kayak biasanya. Aku sendirian jaga di bagian depan hlo, Sil. Besok
udah masuk kerja kan ?”.
Ada karyawan baru bernama Yanti. Jadi didalam toko
ada dua Yanti. :D Dia sangat pendiam, dia malu dan takut untuk berinteraksi
pada karyawan lainnya. Saya mendekatinya. Membiarkan dia bercerita tentang apapun
yang ingin dia ceritakan. Termasuk ketidaknyamanan bekerja disini. Dia ingin
kuliah tapi belum ada biaya. Alhasil dia mencoba bekerja di toko ini. Setelah
beberapa waktu, dia sudah bisa beinteraksi dengan yang lainnya. Yanti pernah
berkata pada saya,”Kalau kamu nggak kerja disini, saya nggak tau apakah saya
bisa beradaptasi disini atau tidak. Apakah saya bisa diterima disini atau
tidak. Jadi bersyukur banget kamu mau bantu saya beradaptasi dan mengenalkan
saya pada mereka.”
Ada mas Tri dan Mas
Yanto yang sering membuat lelucon yang tidak lucu :D Mereka juga orang
sederhana, yang mencari uang dengan bekerja apapun asalkan halal. Mereka pernah
berkata,”Kamu dan Inge itu buat perubahan baru disini. Nggak hanya aku sama Tri
yang ngrasain. Mereka, Dewi, Mba Ina, Tia, Yanti, Via, Hanik, Yanti baru, juga
senang kalian ada disini. Kalau kamu sama Inge nggak kerja disini, saya sudah
resign dari bulan Juni lalu. Sudah nggak betah sebenernya. Tapi aku pulang ke
Lampung pakai apa kalau nggak kerja. Aku masih butuh uang. Jadi terimakasih
banyak buat kamu sama Inge.”
Suatu ketika Dewi
berkata bahwa ia ingin Fried Chicken yang ada dipasar. Saya menyuruhnya untuk
beli karena dia tidak makan sejak kemarin malam. Dia berkata pada saya dia
tidak punya uang. Uang yang dia bawa hanya 3.000 sisa uang harian kemarin. Itupun
untuk naik angkot sepulang kerja. dia berkata bahwa dia tidak pernah makan
makanan seenak itu. Biasanya hanya masak sayur seadanya. Saya tidak tega. Saya memberikan
uang 10.000 kepadanya dan menyuruhnya membeli untuk dia dan adiknya dirumah. Dia
terlihat sangat senang. Dengan uang 10.000 saya bisa membahagiakan orang lain
yang membutuhkan. Anda tahu apa yang saya rasakan ? Saya merasa luar biasa
dengan kejadian tersebut. Ada banyak orang yang sulit mencari makanan diluar
sana. Sedangkan saya hanya bisa mengeluh setiap hari, tidak bersyukur dengan
apa yang ada di hidup saya. Saya menyesal dengan kebodohan saya.
Kehidupan saya berbeda sejak saat itu. Saya hidup
lebih sederhana, tidak meminta sesuatu yang saya inginkan dan tidak saya butuhkan.
Saya lebih hemat dalam pengeluaran dan saya lebih bisa menerima pendapat orang
lain tentang diri saya. Saya banyak belajar dengan pengalaman itu.
Yang awalnya saya
merasa saya tidak berguna di tempat itu, ternyata saya memegang peran penting
untuk mereka. Saya merasa tidak pantas menjadi apa yang mereka butuhkan. Tetapi
mereka percaya kepada saya. Dan tentunya saya tidak akan menolak, suatu
kebanggaan dan keharuan bagi saya karena bisa menjadi motivasi untuk mereka.
Saat saya berkata untuk tidak bekerja lagi karena
waktu masuk perguruan tinggi sudah semakin dekat, mereka sedih. Bahkan mbak Ina
sampai menangis mendengar perkataan saya. Dia memberikan saya nasehat yang luar
biasa. Saya berterimakasih pada mereka karena memberikan pencerahan pada hidup
saya.
Dari pengalaman ini
saya belajar banyak. Tanggung jawab, kesabaran, realitas, kebersamaan,
kepercayaan, dan tentunya kesederhanaan. Mereka hidup sederhana tetapi mereka
sangat bahagia dengan jalan kehidupan mereka masing-masing. Selalu bersyukur itu
adalah kunci utama. Jangan menilai seseorang dari penampilan awal saja. Biarkanlaah
pikiran positif yang ada di otak Anda. Karena pikiran positif tersebut yang
membuat perdaamaian itu menjadi ada. Coba menerima perbedaan orang lain dengan
hati terbuka dan tangan menerima. Tuhan Memberkati.